Lagi, ASNLF kirimkan wakilnya ke UNPO Belanda 

Asnawi Ali - Kontributor 
Rabu, 24 Oktober 2012


 
Peserta pada acara SpeakOut! Agustus 2012 disponsori oleh UNPO
STOCKHOLM - ASNLF kembali mengirimkan tiga peserta dalam satu pelatihan yang diselenggarakan oleh UNPO di Den Haag, Belanda pada akhir minggu ini, sehari setelah peringatan hari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 65.  Dari informasi yang diperoleh, acara berlangsung selama tiga hari, 25-27 Oktober 2012, akan diikuti oleh anggota UNPO termasuk perwakilan bangsa-bangsa diseluruh dunia yang sedang menuntut hak-hak penentuan nasib sendiri.

Dalam pelatihan ini peserta akan dibekali dengan pengetahuan tentang PCM (Project Cycle Management), mekanisme dalam badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),  pelatihan Hak Asasi Manusia standar internasional dan even ini memberi peluang besar untuk membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait.

“Melalui pelatihan-pelatihan internasional seperti ini, ASNLF akan mampu menjalankan agenda kerjanya dengan semakin baik di masa depan," harap Ketua Presidium ASNLF, Ariffadhillah di Jerman.

UNPO (The Unrepresented Nations and Peoples Organization) adalah sebuah badan international, yang didirikan pada tahun 1991, terdiri dari bangsa-bangsa pribumi yang tidak diakui, minoritas dan wilayah-wilayah jajahan. Secara bersama-sama, anggota UNPO berjuang untuk melindungi dan mengkampanyekan hak-hak mereka.

Sebelumnya, pada Agustus lalu, dua orang perwakilan ASNLF dari Swedia dan seorang dari Belanda mengikuti pelatihan diplomasi serupa dari UNPO.  "Kali ini, akan kita kirimkan dua orang perwakilan ASNLF dari Amerika dan seorang dari Norwegia," kata Arif melalui sambungan telepon Skype, Rabu (24/10).

ASNLF (Acheh-Sumatra National Liberation Front) adalan front pembebasan bangsa Aceh yang didirikan oleh almarhum Tgk. Hasan Di Tiro pada tahun 1976 yang bertujuan untuk mengembalikan kedaulatan rakyat Aceh, sebagai sebuah bangsa dan negara.

Menurut Arif, kesepakatan pendidikan diplomasi internasional ini hasil rintisan dari deklarator Aceh Merdeka tersebut semasa beliau hidup.  Kala itu, ASNLF menjadi anggota UNPO pada 6 Agustus 1991 namun kemudian non aktif seiring ditekennya MoU Helsinki mengenai kesepakatan sepihak tentang otonomi khusus.

Dari penelusuran laman web UNPO, sekarang mereka mempunyai 41 anggotanya tersebar di berbagai negara.  Pengiriman wakil ASNLF ke Belanda kali ini juga termasuk salah satu hasil kesepakatan konsolidasi ASNLF di Malaysia pada medio September lalu.

"Aceh melalui ASNLF sudah mendaftar kembali di UNPO, semua adminstrasi persyaratan sudah dipenuhi tinggal menuggu persetujuan resmi dari badan eksekutif UNPO," demikian Ariffadhillah sambil menambahkan keuntungan menjadi anggota UNPO akan disediakan suatu forum bagi para anggotanya untuk turut berpartisipasi di kancah internasional kelak, seperti bantuan lobi bertahap hingga mekanisme memasuki parlemen Uni Eropa di Brussel, Belgia.