Geliat Aceh Merdeka di Eropa

Puluhan tahun mereka hidup eksil di luar negeri hingga berganti generasi. Seiring dengan perkembangan politik di dalam negeri, cita-cita perjuangannya tak pernah pudar. Kini, di luar negeri mereka mengorganisir kembali gerakannya — gerakan yang lebih dikenal dengan Aceh Merdeka.

BRUSSEL mempunyai memori khusus dalam lawatan Ariffadhillah. Awal Juli 2013 lalu, Presidium ASNLF itu diundang oleh UNPO (Unrepresented Nations and Peoples Organization) untuk bertemu di kantor advokasi organisasi rakyat dan bangsa yang tidak terwakili di ibukota Belgia.

”Rapat Presidensi yang diadakan pada 6 – 7 Juli 2013 itu berlangsung di kantor UNPO di Brussels,” tulis Jeroen Zandberg dari UNPO kepada Ariffadhillah. ”Salah satu agendanya adalah permohonan dari ASNLF untuk menjadi anggota dan penjelasan lebih lanjut alasan untuk bergabung dengan UNPO,” tambah staf UNPO itu dalam emailnya.

Read More:
 http://www.acehbaru.com/15335/politik/geliat-aceh-merdeka-di-eropa.html/


 

Wakili ASNLF, Yusuf Berpidato Di Panel Diskusi HAM PBB



(Jenewa) Wakil ketua presidium ASNLF (Acheh-Sumatra National Liberation Front), Yusuf Daud berpidato  dihadapan para aktivis HAM dalam diskusi yang menyangkut perkembangan HAM di Aceh, Papua dan Maluku pada Jum’at (14/1).   

Pria Aceh berdomisili di Swedia ini diberikan waktu untuk menjelaskan perkembangan HAM masa lalu di Aceh sebagai pembanding laporan resmi dari Indonesia yang selalu dipublikasikan kepada publik selalu dalam keadaan positif.  Mekanisme perbandingan ini memungkinkan agar para pengambil kebijakan di kantor PBB urusan HAM di Jenewa menjadi lebih objektif, kesempatan yang sama juga diberikan kepada delegasi dari Papua dan Maluku.



Berikut isi terjemahan pidato wakil ketua ASNLF (Acheh-Sumatra National Liberation Front) yang dikutip dari judul asli ”Violations of Human Rights and the Right sto Self-Determination of the People of Acheh”:




Pelanggaran Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak Penenentuan Nasib Sendiri Bangsa Aceh

Pidato Yusuf Daud, Wakil Ketua,
Front Pembebasan Nasional Aceh Sumatra (ASNLF)
di Palais des Nations, Jenewa, 14 Maret 2014


Saudara Moderator, Tuan-tuan dan Puan-puan sekalian:

Suasana acara side event di kantor PBB, Palais des Nations, Jenewa
Pertama-tama saya ingin menyampaikan penghargaan saya yang tulus atas kehadiran anda di sini hari ini.  Penghargaan saya juga saya tujukan kepada UNPO dan NRP (Nonviolent Radical Party) yang telah mengorganisasi konferensi ini.

Nama saya Yusuf Daud selaku wakil ketua Acheh - Sumatra National Liberation Front (Front Pembebasan Nasional Aceh Sumatra), yaitu sebuah organisasi pembebasan Aceh yang didirikan oleh DR. Tengku Hasan di Tiro pada tahun 1976, untuk menjamin hak-hak bangsa Aceh dalam menentukan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Indonesia.


Sebelum membahas tentang situasi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya di Aceh, Maluku Selatan dan Papua Barat, saya ingin menyegarkan kembali ingatan kita dengan mengutipbeberapa kutipan dari Organisasi hak-hak asasi manusia terkenal, berkaitan dengan tiga puluh tahun konflik bersenjata antara Aceh dan Indonesia.

ASNLF/AM Wilayah Meureuhom Daya Dideklarasikan


9 Januari 2014

Banda Aceh – Acheh Sumatra National Liberation Front/Atjèh Meurdéhka (ASNLF/AM) Wilayah Meureuhom Daya dideklarasikan. Demikian tertuang dalam siaran pers yang diterima AtjehLINK, Kamis (9/1/2014), dari Tuanku Sabee Op yang mengaku sebagai Juru Bicara ASNLF/AM Wilajah Meureuhôm Daja.

Berikut kami turunkan secara utuh siran pers dimaksud;

Krue Semangat,

Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba diawal tahun 2014 generasi muda bangsa Atjèh dari lembah Geurutèë atau Nanggroe Daja, mulai dari gunung geurutee sampai dengan Kec. Arongan Lambalek mendeklarasikan bergabung dengan organisasi perjuangan kemerdekaan bangsa Atjèh dan membentuk struktur organisasi ASNLF/AM Wilajah Meureuhôm Daja.

Kenang Tsunami: Di Swedia Samadiah, Di Malaysia Salur Bantuan

Asnawi Ali - Citizen Reporter

STOCKHOLM
- Seiring peringatan sembilan tahun musibah tsunami, diaspora Aceh diluar negeri melakukan acara kemasyarakatan berkaitan musibah yang terjadi di Aceh dan Malaysia.  Di Swedia, sekitar 40 KK yang tergabung dalam Svensk-Atjehniska Förening melakukan doa samadiah bertempat di meunasah Atjeh, Stockholm, Kamis (26/12).

Warga tersebut termasuk wanita dan anak-anak Aceh yang lahir dan besar di Swedia larut dalam tahlilan bersama.  Kegiatan agamis tersebut sebagai wujud solidaritas mereka terhadap saudaranya yang jauh di Aceh.  "Kegiatan ini dalam rangka menyedekahkan doa kepada semua korban tsunami Aceh," kata Tgk Bileu meunasah Atjeh sebelum memulai doa.


Sebelumnya, melalui rilis yang diterima dalam bahasa Aceh, ketua ASNLF (Acheh Sumatra National Liberation Front) menyampaikan amanatnya berkaitan dengan kejadian Tsunami.  Pria yang bermukim di Jerman itu mengatakan jika bangsa Aceh adalah salah satu bangsa yang hampir hilang identitasnya diatas muka bumi ini setelah berperang dengan Belanda dan Indonesia.  Disamping berperang, kemudian tertimpa musibah tsunami.

Akibat kejadian tersebut tidak kurang dari dua ratus ribu warga Aceh meninggal sehingga warga Aceh yang masih hidup disarankan untuk berdoa agar diampunkan saudaranya yang telah meninggalkan dalam perang dan musibah raksasa tsunami.  "Begitu juga supaya dijauhkan bala atas kita bangsa Aceh," ujarnya seraya mengutip ayat Al-Quran yang bermakna setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. 



Milad Aceh Merdeka di Swedia dan Australia

Oleh: Asnawi Ali

Setelah hiruk pikuk masalah bendera dan wali nanggroë di tanah endatu, mereka yang masih setia dengan perjuangan Aceh Merdeka di Swedia dan Australia tetap memperingati milad setiap tahunnya.


 
Hällefors – ANP:Sejumlah pria dan wanita bersama anak-anak tampak penuh sesak disebuah aula. Ditengahnya sebuah podium sederhana berlatar belakang bendera bulan bintang. Hari itu, Rabu (4/12) warga Aceh di kota Hällefors--280 Km dari Stockholm--mempersiapkan acara milad Aceh Merdeka ke 37.

“Peringatannya dilaksanakan dalam aula karena diluar gedung sedang musim dingin dengan suhu minus,” kata Yusuf Daud sebagai panitia acara. Yusuf menambahkan, mengeluarkan pendapat di Swedia adalah dijamin oleh undang-undang. ”Termasuk jika setiap tahun kita peringati proklamasi Aceh Merdeka ini,” ujarnya. Mayoritas warga Aceh di Swedia masih tetap setia dengan ideologi Aceh Merdeka meskipun sebagian sudah berkhianat dengan menjadi kaki tangan Indonesia.


Mesjid Fittja Diteror Babi

Asnawi Ali - Kontributor


Swedia terkenal sebagai salah satu negara paling menghormati HAM di dunia bahkan acara pemberian Nobel setiap tahunnya digelar di Stockholm.  Negara di Skandinavia tersebut sedikit tercemar oleh segelintir kaum radikal yang rasis.




Stockholm - Sebuah mesjid yang terletak di sebelah selatan wilayah Stockholm, tepatnya di distrik Fittja diserang oleh kelompok anti Islam Senin (18/11) lalu.  Penyerangan dilakukan sekitar pukul 10 pagi waktu setempat.  Pelaku diduga berkelompok dengan menghancurkan kaca pintu depan tingkat atas lalu melemparkan dua belas bagian tubuh babi yang berserakan dilantai satu. 

Para pengurus mesjid mengatakan teror tersebut dapat membuat jamaah cemas dan merugikan finansial mesjid.  “Biayanya cukup mahal untuk memperbaiki pintu depan mesjid dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepan,” ujar salah seorang pengurus

mesjid tersebut seperti yang dikutip oleh Sveriges TV, Swedia.  Dia menambahkan jika insiden tersebut sudah dilaporkan ke polisi kriminal dan dikategorikan sebagai vandalisme serta kebencian rasial,” kata Benita Nilsson kepada media Aftonbladet dari polisi wilayah selatan Stockholm.

Siaran Pers Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF)
 
13 Oktober 2013


Bangsa Aceh yang mulia,

Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

Atas nama Atjèh Meurdéhka (ASNLF), kami mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha khususnya kepada bangsa Aceh dan sdr/i se Islam umumnya di mana saja berada.

Semenjak pengukuhan kembali ASNLF dalam sebuah pertemuan “Sigom Dônja” di Denmark, April 2012, organisasi perjuangan kemerdekaan Aceh ini terus menurus digoyang, difitnah dan dipelintir oleh pihak-pihak tertentu untuk membingungkan rakyat Aceh. Disamping ada yang mengaku sebagai Jubir ASNLF internasional, didapati juga kelompok-kelompok yang menggunakan nama dan visi ASNLF dalam mengambil hati rakyat untuk kepentingan politiknya dalam memenangkan pemilu legislatif dan pemilu presiden penjajah Indonesia yang akan diselenggarakan April 2014 nanti.