HAM Aceh Di Den Haag

HAMPIR saja sebuah sepeda menyerempet rombongan peserta SpeakOut 2012! dari UNPO saat keluar dari stasiun kereta api Den Haag.  Di ibu kota pemerintahan Belanda itu, setiap pagi hari kerja penuh sesak dengan orang yang tergesa-gesa mengejar waktu masuk kantor.  Sepanjang mata memandang, lalu lalang sepeda setara dengan lalu lintas kenderaan di jalan raya.  Belanda tidak hanya dikenal dengan negeri kincir angin, juga negeri sejuta sepeda.

Jumat itu, panitia acara SpeakOut 2012! dari UNPO telah memberitahukan jika pada 10 Agustus, akan ada agenda pertemuan dengan Partai Christen Democratisch Appèl (CDA).  Selanjutnya bertemu dengan staf kementrian luar negeri Belanda bidang HAM.  Hanya berjalan kaki 15 menit dari Den Haag central, kantor CDA terletak di tepi sungai mini, dekat "Chinese Town" pada barisan perkantoran.

"Kami tidak lagi memegang pemerintahan setelah koalisi partai kami di kabinet jatuh April bulan lalu.  Kini, statusnya demisioner" kata Nico van Buren sambil memperkenalkan diri menjadi pemateri dari partai CDA.  Nico didampingi oleh Heidi van Haastert dari Eduardo Frei Foundation, yayasan yang sering memberikan pelatihan gratis tentang demokrasi.  "Tidak lama lagi, bulan depan Belanda akan melakukan pemilihan umum baru.  Jadi, tepat sekali jika kami memberikan pelatihan kepada Anda semua yang datang jauh dari luar Belanda" ujar Nico sambil berpromosi tentang partainya.

Sebagai pemateri, ia menguraikan kisah dan peranan partai CDA dalam pemerintahan Belanda.  Tidak ada partai pemenang mayoritas di Belanda.  Oleh karena itu, untuk meraih kekuasaan partai CDA berkoalisi dengan partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi VVD (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie) dan partai kebebasan PVV (Partij voor de Vrijheid).  "Namun, setelah pemerintahan berjalan satu setengah tahun akhirnya bubar karena tidak mencapai kesepakatan" ujar Nico sambil mengatakan kalau demisioner bukan berarti roda pemerintahan lumpuh.  Banyak peserta acara SpeakOut 2012! dari UNPO yang datang dari berbagai bangsa merasakan keunikan perpolitikan di Belanda.

Kepala pemerintahan beserta kabinetnya mundur tetapi masih tetap memerintah sementara hingga terpilih kembali pemerintah baru setelah pemilihan baru.  Diketahui belakangan, biang kerok krisis politik Belanda dipicu oleh mundurnya Partai Kebebasan (PVV) dari koalisi yang tidak sepakat dengan paket kebijakan ekonomi yakni efisiensi untuk menutup defisit anggaran.  Partai Kebebasan (PVV) adalah partai anti Islam di Belanda pimpinan Geert Wilders.

Dalam materi lain, diberikan contoh negara sekuler di barat  yang memisahkan urusan agama dan negara.  Jika konsep ini diterapkan, banyak terjadi pro dan kontra, terutama di masyarakat timur.  "Walaupun demikian, partai CDA sejak berdiri 32 tahun yang lalu mempunyai prinsip untuk menjembatani perbedaan" sambung Nico bergaya diplomatis.  Menyinggung negara Indonesia, Nico menguraikan jika mayoritas parlemen Belanda (de Tweede Kamer), termasuk partai oposisi yang paling keras menentang rencana penjualan 80 tank kepada Indonesia.  Negeri bekas "Netherland East Indies" itu dinilai menindas rakyatnya, terutama di Papua.  Dari diskusi sesama peserta, untuk permasalahan HAM, dapat dinilai jika untuk memerlukan dukungan kampanye HAM selayaknya aktivis membuat hubungan dengan partai oposisi.

Tiba giliran kolega Nico memberikan materi, Heidi van Haastert lebih menekankan pada strategi dalam bernegosiasi, contoh lobi, memilih mitra, mencari dukungan dan hubungan timbal balik kepentingan politik.  Fokusnya lebih pada aksi langsung bukan hanya teori.  Buktinya, dalam sela-sela kuliah politik tersebut dibagi tiga kelompok, dua kelompok penuntut aspirasi kepada penguasa.  Skenario ini untuk mengetes langsung  agar bisa bernegosiasi secara maksimal, disaat yang sama akan diberikan beberapa tips sebagai bahan berdebat untuk mempertahankan argumen sehingga tercapai tujuan.

Dicontohkan, dalam sebuah wilayah yang penduduknya 500.000 terdapat dua kelompok minoritas pemeluk agama Islam (10%) dan Hindu (18%) yang menuntut aspirasi sama terhadap penguasa, yakni mengajukan dana untuk pendirian sebuah sekolah yang berkurikulum agama masing-masing.  Pihak penguasa yang mayoritas beragama Budha mempunyai undang-undang  yang melarang menerima donor dari luar negeri ditambah lagi sekolah harus menggunakan kurikulum nasional.

Setelah memberikan proposal yang didukung dengan debat argumen, terjadi negosiasi alot, mendekati deadlock, akhirnya beberapa kesepakatan telah dibuat.  Namun belum memuaskan ketiga pihak karena perjanjian belum ditandatangani sebelum pihak minoritas memegang sebuah jaminan dari penguasa yang mayoritas.  Tips yang diberikan, pihak minoritas menuntut agar ada sebuah jaminan jikalau salah satu pihak melanggar kesepakatan maka dengan otomatis perjanjian terbatalkan, dan selanjutnya diizinkan mengajukan dana pendirian sekolah dari pihak luar negeri.

Di sela-sela waktu istirahat, hampir semua peserta SpeakOut 2012! yang berasal dari berbagai bangsa itu menceritakan pengalaman ditanah airnya masing-masing.  Kesempatan yang diberikan tidak disia-siakan.  Dikarenakan nama Aceh diawali oleh abjad A, peserta dari Aceh mulai menerangkan kisah perdamaiannya yang tidak adil seperti tiadanya pengadilan HAM.

Sebelumnya juga, tidak mempunyai posisi tawar menawar untuk bernegosiasi sambil membandingkan perjanjian di Mindanao yang senjata pihak gerilyanya tidak dipotong.  Kendala lain, pihak penengah yang tidak netral, melepaskan tanggung jawab kepada salah satu pihak, sampai kepercayaan berlebihan kepada lawan perunding, akhirnya terbukti sudah terperangkap tipuan penguasa.

Nico van Buren yang mengetahui ada peserta dari Aceh, sebelum berakhir acara menarik tangan penulis menanyakan perihal rekonstruksi pasca tsunami.  Selain simpati yang diberikannya, juga tips untuk Aceh agar membuat hubungan dengan Belanda dalam hal pembangunan irigasi dan kanal.  "Belanda sangat pakar dalam masalah perairan, jika ingin berkomunikasi untuk tahap awal kami bisa memberikan informasinya" ujar Nico yang mengaku beberapa kali pernah ke Indonesia.

Dari pertemuan dengan partai CDA ini, secara tersirat mendapatkan tips jika permasalahan menyangkut dukungan politik disarankan untuk berhubungan dengan partai oposisi.  Sebaliknya, dukungan untuk bidang pembangunan, partai penguasa di sebuah pemerintahan yang layak dilobi. (Asnawi Ali)
Note Foto: PESERTA SpeakOut2012! dari UNPO yang berasal dari berbagi bangsa mendengarkan simulasi debat yang diprakarsai oleh partai Christen Democratisch Appèl (CDA) Belanda.

Sumber:
Harian Waspada, Kamis 6 September 2012.