ASNLF: Bintang Bulan hadir dalam Rally World Refugee Day di Australia


Laporan: Faisal, ASNLF Australia

Sydney, Pada tanggal 24 Juni 2012 yang lalu, Refugee Action Coalition NSW (RACNSW) Australia atau Koalisi Aksi Pengungsi NSW telah mengadakan rally damai dalam memperingati Hari Pengungsi Sedunia yang dirayakan secara tahunan di setiap tanggal 20 Juni. Peringatan tahun ini diadakan diseputaran Sydney Town Hall, dan mengangkat tajuk “On World Refugee Day, Rally to End Mandatory Detention” yang bermakna “Pada Hari Pengungsi Sedunia, Rally untuk Menghentikan Wajib Detensi.”

Hadir dalam acara tersebut organisasi-organisasi yang menaruh perhatian terhadap nasib para pengungsi seperti Labor for Refugees, Chilout, NSW greens, Friends of the Earth Sydney, dan National Tertiary Educational Union cabang University of Sydney. RACNSW juga menghadirkan tokoh-tokoh ternama seperti Sarah Hanson-Young yang merupakan senator Greens, Robin de Crespigny sebagai pengarang buku “The People Smuggler” dan Warren Smith dari Maritime Union of Australia sebagai pembicara dalam acara tersebut.


Kami dari ASNLF/AM dan GIAS perwakilan Australia pun tak ketinggalan hadir dengan penuh antusias. Dengan massa yang berjumlah kurang lebih 30 orang kami pun ikut bergabung dengan peserta rally lainnya untuk memeriahkan acara. Kaum wanita dan anak-anak pun dengan suka cita mengangkat spanduk dan bendera bintang-bulan disepanjang jalan yang mereka lalui.
Seakan tidak mau kalah dengan semangat dan antusias ASNLF/AM perwakilan Swedia sewaktu mengikuti rally Hari Buruh Sedunia pada tanggal 1 Mei yang lalu, dimana masyarakat Acheh di Swedia menaikkan spanduk yang menuntut Indonesia untuk angkat kaki dari Acheh, masyarakat Acheh di Australia pun ikut menaikkan spanduk “Free Acheh. We want independent from NKRI” yang artinya “Acheh Merdeka. Kami ingin Acheh merdeka dari NKRI.” 




Dengan ke-ikutserta-an dalam rally ini, kami berharap agar pihak luar menyadari bahwa arus pengungsi dari Acheh belum akan berakhir walaupun Acheh sudah memasuki tahap perdamaian sejak ditanda-tanganinya Nota Kesepahaman antara GAM dan Pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh keadaan di Acheh yang belum bisa dikatakan aman bagi mereka yang memiliki paham yang berbeda dari pihak penguasa. Hak mereka untuk menyuarakan pendapat dan keyakinan secara bebas belum terjamin sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, jika keadaan ini terus berlangsung, tidak tertutup kemungkinan bahwa arus pengungsi dari Acheh justru akan bertambah, dan Australia termasuk salah satu negara tujuan para pengungsi pencari suaka politik tersebut.


Selain itu, kami dari ASNLF/AM dan GIAS dan perwakilan  Australia juga ingin menunjukkan bahwa kami selalu mengedepankan pergerakan yang dilakukan secara damai seperti dalam rally ini. Sayangnya pergerakan seperti yang dimaksudkan belum mungkin dilaksanakan di Acheh karena besarnya resiko keselamatan bagi para peserta. Kejadian-kejadian seperti tragedi Simpang KKA dan tragedi Krueng (sungai) Arakundo masih jelas terpatri dalam ingatan rakyat Acheh, dimana tentra Republik dengan ganasnya membantai rakyat Acheh yang sedang berkumpul secara damai. Apalagi sampai saat ini kasus-kasus yang termasuk dalam kategori pelanggaran berat Hak Asasi Manusia tersebut terbengkalai begitu saja dan seakan sengaja dilupakan atau ditiadakan.

*****