Delapan Tahun Setelah Tsunami

<<download pdf>>  <<batja pdf>>


Siaran Pers
26 Desember 2012

Delapan Tahun Setelah Tsunami

Asssalamu'alaikum wr.wb.

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim...

”Walanabluwan nakum bisyai-in minal khaufi wal juu'i, wanaqshim minal amwaali wal-anfusi wats-tsamaraat. Wabasy-syirish-shaabiriin. Alladhiina idhaa ashaabathum mushiibatun, qaaluu: Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun. Ulaa ika 'alahim shalawaatun min rabbihim wa rahmah. Wa ulaa ika humul muhtaduun.” (Al-Baqarah: 155-157)

Hari ini, 26 Desember 2012, genap delapan tahun sudah musibah gempa dan tsunami meluluh-lantakkan bumi Aceh. Malapetaka yang sangat dahsyat tersebut telah mengguncang dunia dan telah pula menyayatkan luka yang sangat mendalam di hati kita semua. Musibah ini tentunya merupakan tragedi nasional bagi bangsa Aceh. Hanya dalam hitungan menit saja, petaka tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu jiwa bangsa kita, lelaki-wanita, tua-muda, kaya-miskin, menjadi korban gelombang raksasa bersama seluruh harta benda mereka: rumah, kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Allahu akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar walillaahil Hamd...

Bansa Aceh yang Mulia,

Hari ini, kami dari ASNLF bermaksud untuk menyambung tali silaturahmi serta menyampaikan duka cita yang paling mendalam kepada seluruh bangsa Aceh di mana saja berada. Pada hari bersejarah ini, kami menghimbau agar kita mengesampingkan semua perbedaan yang mungkin ada dan berpotensi untuk memecahbelahkan sesama anak bangsa. Hari ini, marilah kita tunduk sejenak untuk mengingat dan mengkaji kembali ujian yang telah Allah berikan, agar kita tidak menjadi manusia-manusia yang takabur tatkala Ia telah memberikan sedikit nikmat dan rahmat-Nya kepada kita semua.

Dari surat Al-Baqarah, ayat 155-157, yang disebutkan di atas, dengan sangat jelas Allah telah menerangkan bahwa suatu musibah, seperti tragedi tsunami, adalah ujian serta peringatan dari-Nya - dalam hal ini khususnya bagi kita bangsa Islam Aceh - agar kita sadar akan tanggung jawab terhadap sang Pencipta; agar kita tidak disibukkan hanya dengan kepentingan dunia saja; dan supaya kita menyadari bahwa diri, harta, dan anak-istri kita, serta segala sesuatu yang kita sayang adalah milik Allah semata. Kapan pun Ia berkehendak untuk mengambilnya kembali, maka tidak ada seorang pun yang mampu mencegah dan menghalang - seperti yang terjadi pada musibah tsunami delapan tahun yang lalu.

Di dalam Al-Quran terdapat banyak sekali kisah-kisah kekuasaan Allah menyangkut musibah. Terutama, di kala perbuatan maksiat sudah menjadi pekerjaan sehari-hari penghuni negeri yang dimaksud, dan perbuatan yang dilarang sudah menjadi kebiasaan, sehingga antara benar dan salah pun sudah tercampur baur. Contoh kejadiannya adalah: bencana air bah atas kaum Nabi Nuh a.s., dan musibah atas kaum Fir’aun pada zaman Nabi Musa a.s. Namun Allah tidak pula menurunkan bala hanya kepada orang-orang yang tidak beriman saja, melainkan Ia juga menguji mereka yang bertakwa. Bahkan Nabi-Nabi yang dikasih dan sayangi-Nya pun tidak luput dari ujian, seperti dalam kisah Nabi Yunus yang terpaksa melompat ke laut dan akhirnya diselamatkan oleh ikan paus, dan juga pada kisah musibah Nabi Zakaria yang kehilangan harta. Kisah-kisah ini ditujukan agar kita dapat mengambil i’tibar dan pelajaran, serta agar kita mengetahui bahwa musibah juga diturunkan kepada orang-orang yang sayangi-Nya.

Walaupun demikian, ada pula orang yang berpendapat bahwa musibah tsunami itu adalah murka dan juga hukuman Allah terhadap bangsa kita akibat dari maraknya perbuatan zalim yang berlaku di bumi Aceh, karena penduduk Serambi Mekah ini telah terlalu meraja lela, dan karena yang memegang perintah di Aceh di masa itu adalah pihak-pihak bersenjata, sehingga kebenaran selalu memihak pada TNI dan TNA. Sementara kaum cerdik pandai, orang-orang bijak, termasuk pula alim-ulama, hanya bisa duduk terpojok dan tak mampu bersuara. Maka mungkin kah hal tersebut yang mengakibatkan diturunkannya bala kepada bansa Aceh?

Pendapat ini bukan tidak ada beralasan, karena banyak ayat-ayat suci yang menunjukkan bahwa musibah sering juga terjadi terhadap kaum-kaum yang bergelimang perhiasan dunia dan sudah lupa kepada akhirat. “Dhaharal fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidin naasi liyudhiya qahum ba’dhal ladhii ‘amiluu la’allahum yarji’uun” (Ar-Rum: 44)

Kita musti memahami bahwa musibah itu merupakan sunnatullah, dimana tidak ada kekuatan apapun yang dapat melawan kehendak-Nya. Dan apabila Allah berkehendak akan sesuatu, maka hanya dengan mengatakan “kun” tidak-boleh-tidak akan mengakibatkan “fa yakun”.

Oleh karena itu, kami menyerukan kepada bangsa Aceh, khususnya kepada siapa saja yang sedang disibukkan dengan harta, kesenangan, dan kekayaan yang melimpah, dari hasil korupsi dan penyelewengan hak-hak rakyat, agar sudi kembali ke jalan yang benar, sebelum bala yang lebih dahsyat tiba. Ingat lah peringatan Allah dalam surat Al-Humazah: “Celaka lah bagi orang-orang yang mengumpat dan mencaci; itu lah orang-orang yang mengumpul harta dan menghitung-hitung nya. Mereka mengira bahwa harta yang ada pada nya akan bisa mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Mereka-mereka itu akan dilemparkan ke dalam neraka Huthamah....”

Sementara itu, kepada sanak keluarga korban tsunami, dengan penuh keikhlasan kami mendoakan supaya tetap memiliki kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini, dan supaya dapat lebih mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Sebab, dibalik setiap musibah itu terkandung banyak hikmah yang kita, sebagai manusia biasa, tidak sanggup memahami. Hanya Allah-lah tempat kita meminta pertolongan dan hanya kehadapan-Nya kita berserah diri. “Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir “- Cukup lah Allah yang melindungi kami dan Allah jua lah sebaik-baik pelindung. Amin, Amin....

###

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Madinatul Fajar, Ketua Sekretariat ASNLF
Email: madinatul.fajar@gmail.com

<<download pdf>>  <<batja pdf>>