Aktivitas pengiriman anak-anak
muda Aceh di luar negeri oleh ASNLF untuk ditempa sebagai kader baru
sudah menjadi agenda tetap. Jika dulu dikirim untuk berlatih militer ke
luar negeri (Libya), generasi muda sekarang dilatih untuk berdiplomasi
(Eropa). Cepat atau lambat, masalah Aceh seperti bola salju yang bergulir hingga masih tetap menjadi bahan perhatian oleh anak bangsanya.
*****
Putra Aceh Ikuti Pelatihan HAM Internasional di Belanda
Asnawi Ali | Jurnalis Warga
Kamis, 15 Agustus 2013 10:50 WIB
Dari kiri ke kanan Adnan Daud, Yusra Taleb dan Yusrizal Ibrahim. Dok : Istimewa |
UNPO mengumumkan bahwa pelatihan kelas internasional tahun ini berlangsung selama tiga hari (6/8/13) yang khusus ditujukan kepada kalangan muda untuk dididik tentang advokasi HAM dengan didukung oleh lokakarya interaktif.
Panitia pelatihan yang diwakili oleh Jeroen Zandberg mengatakan sasaran pelatihan UNPO ini dirancang sebagai bahan belajar agar peserta mampu kembali mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang didapat untuk advokasi terhadap Hak Asasi Manusia, informasi tentang mekanisme PBB. Melalui laman web UNPO diketahui jika semua pelatihan menggunakan komunikasi dalam bahasa Inggris.
Dengan tema "International Advocacy Training" terdapat peserta dari kalangan mahasiswa, wartawan, pengacara termasuk perwakilan NGO yang datang dari berbagai negara termasuk dari Papua Merdeka. Dari Aceh, delegasi dipimpin oleh Adnan Daud mewakili ASNLF (Acheh-Sumatra National Liberation Front) Denmark dan dua pemuda Aceh dari Swedia, Yusrizal Ibrahim lulusan Macquarie Sydney, Australia dan Yusra Taleb mahasiswa Universitas Stockholm program studi bahasa Inggris.
Kursus taraf internasional tiga hari tersebut adalah salah satu poin tindak lanjut rencana dari agenda rapat UNPO di Brussels, Belgia awal bulan lalu. Pelatihan tahun ini bertempat di universitas Leiden sehingga mengingatkan kepada tokoh orientalis Belanda yang sangat dikenal di Aceh, Snouck Hurgronje. Tengku Puteh, begitu Snouck digelari di Aceh, adalah maha guru di universitas Leiden dan akhirnya mati hingga dikuburkan dekat universitas tersebut.
Setelah pengenalan diri dari setiap perwakilan, peserta yang berjumlah dua puluh lima orang tersebut diberikan pendidikan tentang mekanisme cara menembus birokrasi PBB hingga mengunjungi kantor mahkamah Special Tribunal for Lebanon di kota Leidschendam.
Pada hari kedua semua peserta diberi kesempatan untuk memaparkan isu yang terjadi di negeri masing-masing yang diwakilinya. Pada kesempatan itu, Adnan Daud menjelaskan kepada peserta tentang masalah dan situasi terbaru di Aceh.
Dalam pidatonya tersebut, Rabu (7/8/2013) waktu setempat, pertama Adnan mengisahkan sekelumit sejarah Aceh hingga kronologisnya. Kemudian dijelaskan jika pelanggaran hak asasi manusia yang luar biasa di Aceh telah dicatat oleh banyak organisasi HAM, korban terbanyak adalah orang kampung yang tidak bersalah dan pelakunya adalah serdadu militer.
Setelah itu, Adnan mulai memfokuskan seputar MoU Helsinki. Menurut dia perjanjian itu tidak menyelesaikan masalah pelanggaran HAM. "Bahkan MoU itu menjadi sebuah opera yang tak berkesudahan hingga menghina para korban perang tu sendiri," tambahnya lagi.
Adnan Daud membeberkan presentasi tentang Aceh dihadapan peserta pelatihan UNPO, Rabu (7/8) |
Yusrizal Ibrahim, putra Aceh jebolan universitas Macquarie Sydney, Australia, dipercayai sebagai juru bicara dalam negosiasi dan simulasi debat terbuka tersebut. Sedangkan yang lain dicampur dalam sebuah kelompok dari berbagai bangsa yang sudah menjadi anggota UNPO untuk membahas sebuah topik hangat.
Meskipun sudah pernah menimba ilmu di negeri kangguru tersebut tetapi Yusrizal masih merasa dirinya kerdil dihadapan peserta pelatihan yang kebanyakannya adalah dari ahli hukum berprofesi pengacara. Yusrizal mengatakan jika ilmu pendidikan dari UNPO bervariasi. ”Sangat berbeda dari bangku kuliah dulu, pelatihan ini lebih condong pada ilmu hukum dan politik tataran internasional,” jelas Yusrizal dalam bahasa Aceh yang kental.
Begitu halnya dengan Yusra Taleb, dia sangat berkesan meskipun pertama sekali terjun dalam suasana internasional. ”Pengalaman dan praktek ini jarang ditemui dalam sekolah formal,” papar putra Yusuf Daud di Swedia ini.
Peserta pelatihan UNPO, selasa (6/8) mengunjungi kantor Special Tribunal for Lebanon. |
Menjelang akhir dihari kedua, selanjutnya ceramah tentang peran Media dan Komunikasi oleh Jochem de Groot dari politikus partai Liberal (LP), Belanda.
Keesokan harinya, ditatar ilmu tentang "Campaign Communication Strategies" dan "Website Creation And Management". Pada akhir acara yang terpenting di berikan wawasan "Policy Advocacy Tactics" yang dipandu oleh staf ahli UNPO dari UNOY (United Network of Young) perwakilan Den Haag, Belanda dan New York, Amerika. [005]
Sumber: The Globe Journal